Pada milad yang ke-10 tahun, Himpunan Mahasiswa Bangkalan memperingatinya dengan beberapa rangkaian kegiatan, di antaranya adalah sosialisasi pengenalan kampus ke berbagai sekolah di Kabupaten Bangkalan serta ziarah dan istighosah bersama di Pasarean Syaikhona Kholil Bangkalan.
Puncak dari milad Himaba yang ke-10 tahun digelar di gedung PKP RI Bangkalan. Pada event ini, Himaba menggelar diskusi publik dengan mengangkat tema “IPM Rendah, Apa Kabar Bangkalan Sejahtera?”. Pengangkatan tema ini dilatarbelakangi oleh rendahnya indeks pembangunan manusia (IPM) yang ada di Bangkalan, sementara bangkalan sendiri secara geografis berada di posisi strategis, selain bersebelahan dengan Ibu Kota Jawa timur; Surabaya, Bangkalan juga merupakan gerbang utama masuknya para wisatawan yang ingin berkunjung ke Madura,
“di posisi strategis ini, Bangkalan hanya unggul dengan Sampang di tingkat Jawa Timur, seharusnya kita lebih dari itu.” Kata Imam Bukhori, Ketua Umum Himaba.
Diketahui IPM Kabupaten Bangkalan berada di posisi 37 dari 38 kabupaten dan kota yang ada di Jawa Timur, hal inilah yang kemudian menjadi perhatian pengurus Himaba untuk dicarikan jalan keluar terkait masalah tersebut. Pada Diskusi Publik ini ada 5 narasumber yang dihadirkan, di antaranya adalah; anggota DPR RI, H. Syafiuddin asmoro, S.Sos; DPRD Jatim, Mathur Husyairi, S.Ag; dan Rektor Universitas Trunojoyo Madura, Dr. Drs. Ec. Muh. Syarif. Tidak ketinggalan, dalam kegiatan ini juga dihadiri oleh Wakil Bupati Bangkalan; Drs.H. Mohni, MM. beserta Forkopimda Kabupaten Bangkalan.
Salah satu penyebab rendahnya IPM yang ada di Bangkalan adalah rendahnya pendidikan, hal ini dikarenakan mayoritas orang Madura lebih memilih pendidikan pesantren daripada pendidikan pada umumnya yang ijasahnya diakui oleh pemerintah “ini menjadi masalah, karena pendidikan pesantren itu 60 persen mendominasi Madura. Karena ukurannya apa, pendidikan formal yang disekolah [pada umumnya] itu yang dianggap berbasisi ijasah, sedangkan yang di pondok pesantren, di madrasah itu dianggap tidak sekolah, sehingga persentase tidak sekolahnya itu tinggi,” kata Muh. Syarif. Ia berharap, pendidikan di pondok pesantren bisa disetarakan dengan pendidikan pada umumnya sehingga penddikan pondok pesantren bisa ikut meningkatkan IPM yang ada di Madura.
Selain Diskusi Publik, pada hari dan di tempat yang sama Himaba juga mengadakan donor darah yang bekerja sama dengan PHE WMO PT. Pertamina dan Palang Merah Indonesia. Diharapkan dengan adanya kegiatan donor darah ini bisa menyumbang persediaan kantong darah yang ada di Bangkalan.
0 comments:
Posting Komentar